Kapak Emas Dan Kapak Perak

Cerita dongeng anak. Fabel oleh Aesop

Dahulu kala di sebuah desa hiduplah seorang penebang kayu yang jujur. Pada saat di pergi ke hutan untuk menebang kayu dia beristirahat sejenak untuk makan, Kemudian, dia duduk pada pangkal sebatang pohon sambil menikmati bekal yang dia bawa dari rumah. Setelah itu, dia menuju ke mata air yang tak jauh dari situ.
Dia membungkuk, mengambil air untuk diminum. Tiba-tiba, kapak yang diselipkan di pinggangnya terjatuh ke dalam air. Kapak itu pun tenggelam ke dasar mata air.
"Apa yang harus kulakukan? Aku tidak bisa berenang. Apalagi mata air ini dalam sekali. Oh... aku tidak dapat bekerja tanpa kapak itu," keluh penebang kayu.
Penebang kayu itu sedih sekali ketika dia teringat ibunya yang sedang sakit di rumah. Karena tak tahan lalu dia menangis.
Tiba-tiba mata air itu menggelegak dan bersinar dengan indah. Dewa Air muncul dari cahaya terang itu.
" Penebang kayu, mengapa engkau menangis sedih?" tanyanya
Penebang kayu amat terpesona, kemudian dia menceritakan kesedihannya.
"Penebang kayu yang malang. Karena kau amat baik dan berbakti kepada ibumu, aku akan membantu mencarikan kapakmu itu." ujar Dewa Air. Lalu Dewa pun menyelam ke dalam air.
Tak lama, Dewa Air muncul dengan membawa sebuah kapak emas.
"Inikah kapakmu?" tanyanya sambil menunjukkan kapak yang bersinar itu.
"Bukan. Kapakku tidak seindah ini. Kapakku cuma sebuah kapak biasa," jawab penebang kayu.


Penebang kayu jujur


Dewa Air kembali menyelam ke dalam air. Kali ini dia membawa sebuah kapak perak.
"Inikah kapakmu?" tanyanya.
Penebang kayu yang jujur itu menggelengkan kepalanya,sambil menjawab,"Bukan. Kapakku cuma sebuah kapak sederhana."
Sekali lagi Dewa Air menyelam ke dalm air. Tak lama, dia muncul dengan membawa sebuah kapak besi yang sudah berkarat.
"Inikah kapakmu?"
"Benar. Kapak itu milikku. Terima kasih Dewa Air. Dengan kapak ini aku bisa kembali bekerja dan menghidupi ibuku," jawab penebang kayu.
Dewa Air tersenyum kepada penebang kayu, lalu berkata,"kau seorang anak yang baik budi. Aku akan menghadiahkan kapak ini untukmu."
Dewa Air mengeluarkan kapak emas dan kapak perak dari balik jubahnya. Kemudian, ia memberikannya kepada penebang kayu yang sedang terpesona. Penebang kayu itu menerimanya dengan tangan gemetar. Setelah itu, Sang Dewa kembali menyelam ke dalam air. Sesampainya di desa penebang kayu yang jujur menunjukkan kapak pemberian Dewa Air kepada penebang kayu lainnya. Dia pun menceritakan pengalamannya yang ajaib.

Seorang penebang kayu yang tamak tertarik dengan cerita penebang kayu yang jujur dan menanyakan dimana letak sumber mata air itu. Kemudian dia segera berangkat ke sana.
"Di sinikah mata air di mana aku bisa memperoleh kapak emas? Baik inilah kapakku," katanya. Kemudian dia melemparkannya ke dalam air lalu pura-pura meratap.
Dewa Air segera muncul,"Mengapa kau menangis?" tanya Dewa Air. 
Penebang kayu yang tamak itu pun menjawab, "Kapakku jatuh ke dalam air. Aku tak dapat bekerja tanpa kapak itu. Ibuku yang sedang sakit pasti akan meninggal."
Dewa Air segera menyelam ke dalam air dan tak lama kemudian Dewa pun muncul lagi dengan membawa sebuah kapak emas yang berkilauan. " Inikah kapakmu?"
penebang kayu yang tamak itu mengulurkan tangannya sambil berteriak gembira,"Benar.Itulah kapakku."
Tentu Dewa Air marah sekali ketika mendengar jawaban penebang kayu itu. "Kau adalah penebang kayu yang tamak. Kapakmu adalah kapak biasa," seru Dewa Air sambil bergegas menyelam tanpa memberikan sebuah kapakpun kepada penebang kayu itu.
Kapak penebang kayu yang tamak itu hilang selama-lamanya. Dia terus meratapi kapaknya karena dia tidak bisa bekerja menebang kayu lagi tanpa kapak itu.

Pesan moral yang dapat kita ambil melalui dongeng anak ini:
Mencoba mencari keuntungan dengan berbohong akan menyebabkan kamu kehilangan barang yang kau miliki.


Komentar